Lebih Dekat dengan Alam dan Budaya

Sumber Mata Air di Desa Dasan Geria


Desa dasan geria adalah desa yang terletak di kecamatan  lingsar, kabupaten Lombok barat. Sama halnya dengan desa lingsar yang mempunyai mata air bersih yang mengalir dari bawah tanah atau istilah sasaknya (aiq memenyer) yang tidak pernah mengalami kekeringan.  Desa dasan geria memilki mata air lokasi yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuan air bersih saat musim kemarau.
Mata air di desa dasan geria ini mempunyai sebuah wadah bundar yang berdiameter sekitar 60  Dengan air yang sangat jernih dan masih tergolong sangat alami , karena mata air itu sangat terjaga kebersihannya. Mata air di desa dasan geria ini tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat desa dasan geria saja melain desa tetangga juga  ikut  memanfaatkannya.
Mata air lokasi di desa dasaan geria sekarang menjadi tempat bergantung warga setempat dan masyarakat desa desa lain di tengah kekeringan  yang sudah terjadi sejak 5 bulan yang lalu. Kondisi kesulitan air semakin bertambah parah sejak perbaikan sunga diwilayah tersebuti.

Share:

Teknik Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan suatu bahan alam yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Berdasarkan asalnya sampah padat dapat digolongkan sebagai sampah organik dan sampah anorganik. Sampah anorganik seperti botol kemasan minuman, plastik, kardus dan barang-barang bekas lainnya banyak terdapat disekitar kita yang merusak lingkungan.
Banyak cara pengolahan sampah plastik seperti dengan daur ulang menjadi biji plastik, atau juga bisa dimanfaatkan sehingga terbentuk sebuah kerajinan tangan yang unik dan bernilai ekonomis. Untuk menyulap sampah plastik menjadi kerajinan tangan yang unik diperlukan kreatifitas dan ketekunan yang tinggi. Misalnya saja botol plastik, kita bisa membentuk bunga dari botol plastik tersebut.
Hal tersebut sudah tidak asing lagi bagi kita, seperti teknik pengelolaan sampah yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Desa Dasan Geria yaitu membuat sebuah kreasi dengan bahan dasar sampah. Sampah plastik tersebut menjadi sebuah bunga hias dengan berbagai jenis dan warna yang menarik sehingga bisa memiliki nilai ekonomis yang lebih. Melihat potensi lingkungan sekitar sekarang masih sangat jarang yang mengkreasikan sampah-sampah menjadi sebuah benda yang bermanfaat dan mempunyai nilai jual yang lebih.
Produk bunga hias dari sampah disajikan dengan berbagai macam warna yang menarik serta bisa juga dengan warna yang sesuai dengan pesanan pembeli dengan demikian dapat menambah pendapatan masyarakat khususnya ibu rumah tangga karena dikerjakan di rumah.




Share:

AIR TERJUN TEMBURUN TABIR

      Temburun Tabir adalah salah satu air terjun yang terdapat  di Dusun Murpeji Desa Dasan Geria, air terjun ini ditemukan pada tahun 2017 oleh pemuda desa dasan geria yang tergolong dalam POKDARWIS (kelompok sadar wisata). Air terjun ini menjadi sumber untuk mencukupi kebutuhan air dan kerap di jadikan tempat pemandianoleh warga setempat karena kejernihannya.
Untuk mencapai air terjun tersebut kita harus masuk ke desa dasan geria kecamatan lingsar dan melewati pintu dusun murpeji. Setelah itu akan melewati jalan kecil dengan jalur naik turun hingga berhenti di penghujung kampong di rumah warga. Perjalan tersebut memebutuhkan waktu kurang lebih 15 menit sdengan menggunakan sepeda motor dan setelah itu dengan berjalan kaki sekitar 20 menit untuk tiba di lokasi air terjun temburun tabir.
Air terjun ini memiliki dua tingkatan dengan debit air yang cukup besar dengan kondisi alam yang belum terjamah, kemudian banyak terdapat kebun durian dan kopi disekitar air terjun yang dirawat oleh warga setempat yang bisa di nikmati oleh pengunjung dengan harga yang relatif terjangkau. Jadi silahkan luangkan waktu anda untuk berkunjung mengahbiskan akhir pekan anda ke air terjun temburun tabir
 

Share:

Tradisi Bisoq Keris di Desa Dasan Geria






Bisoq berarti mencuci dalam Bahasa Indonesia. Secara istilah Bisoq Keris berarti mencuci keris yaitu benda pusaka yang diwariskan secara turun temurun. Di beberapa daerah, terutama Pulau Jawa, tradisi ini dirawat dengan baik. Upaya serupa dilakukan di Desa Dasan Geria Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat (Lobar).
Tradisi Bisoq Keris kembali eksis, setelah nyaris tiga dasawarsa menghilang. Dihidupkan kembali masyarakat setempat bersama budayawan Sasak. Dilakukan di Padepokan Lingsir, Desa Dasan Geria. Sekitaran 25 keris dan ratusan benda pusaka lain yang dicuci malam itu, Pada hari sabtu, 7 September 2019. Pencucian keris mengambil tempat di lantai dua Padepokan Lingsir. Bangunan tersebut terbuat dari kayu dengan 2 lantai. Suasana sakral langsung terasa. Saat ketua Padepokan Lingsir H.Imam Sanusi (pemandu)  memulai ritual Bisoq Keris.
Seluruh lampu yang menerangi padepokan dimatikan Hanya menyisakan cahaya temaram dari lilin. Di lantai dua, ruangan yang luasnya sekitar 3x3 meter, dijejerkan puluhan keris dan tombak. Di samping meja, nampak H Imam Sanusi duduk bersila. Didampingi Jumarti. Tokoh masyarakat Desa Dasan Geria. Di depan keduanya terdapat empat tempayan gerabah. Tiga tempayan berisi kembang dan sisanya sebagai tempat untuk wadah air bekas mencuci keris.
Pemilik keris mengambil benda pusakanya di atas meja. Diserahkan secara perlahan ke tangan Imam Sanusi. Perlahan, Sanusi mengeluarkan keris dari bungkusnya. Memperhatikan dengan detail bentuk keris. Merabanya dengan perlahan. Seolah sedang mengajak benda pusaka itu untuk berkomunikasi.
Ritual Bisoq Keris dimulai saat Jumarti menyiram air ke atas badan keris. Siraman itu disambut H.imam Sanusi dengan menggosok keris menggunakan tangannya. Selain air, Sanusi juga terlihat mengoleskan wewangian di sekujur tubuh keris. Proses serupa diulangi. Untuk seluruh keris dan benda pusaka lainnya. Suasana sakral Bisoq Keris bertambah dengan tembang yang dilantunkan dari lantai satu padepokan. Dinyanyikan menggunakan beragam bahasa. Dari Sansekerta, Jawa Kuno, sasak wayah, dan sasak milenial. Dilantunkan Ki Ageng Jelantik Sadarudin. Seorang dalang sekaligus pengemban budaya dan adat Sasak.
Share:

Sejarah Taman Narmada



Pemandangan dari Bale Terang terdapat bekas pemandian para Selir Raja di Taman Narmada, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.


Taman Narmada adalah replika dari Gunung Rinjani dibuat oleh Anak Agung Ngurah Ngurah Karangasem karena ia sudah tidak kuat lagi mendaki Rinjani untuk berdoa. Taman Narmada (dibaca Narmade) berada di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Narmada diambil dari nama anak sungai Gangga di India yang berarti mata air atau sumber kehidupan. Taman seluas hampir 3 hektare tersebut dibangun tahun 1727 sebagai tempat pemujaan dan peristirahatan raja pada musim kemarau.
Taman Narmada juga sering digunakan tempat upacara keagamaan umat Hindu. Awalnya penduduk asli Pulau Lombok yang beragama Hindu merayakan Upacara Pujawali dengan menaiki Gunung Rinjani serta memberikan sesajian kepada para dewa di puncak Gunung Rinjani. Upacara Pujawali sendiri merupakan upacara persembahan kepada Ida Bhatara. Karena sudah tua dan tidak sanggup lagi mendaki Gunung Rinjani yang memiliki tinggi 3.726 meter di atas permukaan laut, akhirnya raja membuat replika Gunung Rinjani.
Untuk larung sesaji tetap dilakukan oleh para abdi di Segara Anakan. Raja cukup berdoa di sini," jelasnya. Wisatawan cukup membayar Rp 6.000 dan saat pertama kali masuk, wisatawan bisa masuk ke Bale Terang yang berbentuk rumah panggung. Bagian bawah berfungsi sebagai gudang dan bagian atasnya terdapat 3 bagian, dua kamar di ujung utara dan selatan kamar permaisuri asal Bali dan asal Lombok. Yang membedakan kamar permaisuri tersebut adalah lukisan kera di atas kamar permaisuri asal Bali dan lukisan naga di atas permasuri asal Lombok. Sedangkan di bagian tengah adalah ruang terbuka yang menghadap langsung ke arah timur yaitu arah Meru dan Pura serta pemandian para selir. wisatawan diharuskan memakan selendang warna kuning. "Airnya dipercaya membuat awet muda. Ada yang digunakan untuk berwudhu, cuci muka dan diminum. Airnya sangat dingin seperti air di dalam lemari es.
Taman Narmada sendiri sudah dibuka untuk umum dan menjadi tempat rekreasi sejak jaman Belanda dan telah mengalami beberapa kali pemugaran. Taman Narmada ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya berdasarkan UU No.5 Tahun 1992. Untuk menuju ke Taman Narmada cukup mudah, pengunjung bisa menggunakan ojek atau angkutan kota dari terminal Mandalika Mataram langsung menuju Taman Narmada. Untuk anda yang berkunjung ke Pulau Lombok, pastikan mendatangi Taman Narmada bukan hanya sekadar jalan-jalan tapi juga mempelajari serakan sejarah tentang raja-raja di taman yang indah.



Share:

Bendungan Meninting



Ilustrasi Bendungan Meninting

R
encana pembangunan bendungan di dusun Murpeji Desa Dasan Geria akan segera dilaksanakan, ditandai dengan telah dilakukannya peletakan batu pertama (Groundbreaking) pada kamis 9 September 2019 yang dihadiri langsung oleh bapak Gubernur NTB yaitu bapak Zulkieflimansyah. 

Bendungan yang diperkirakan selesai pada tahun 2022 ini disebut mampu menampung debit air berkapasitas 8 juta kubik, yang akan dimanfaatkan sebagai air irigasi dan air baku. Selain itu, keberadaan Bendungan Meninting juga akan dikembangkan menjadi salah satu destinasi pariwisata untuk mendukung ekonomi masyarakat sekitar.

Bendungan Meninting nantinya memiliki genangan cukup dalam yang dapat mengalirkan air hingga ke Lombok Selatan. Mega proyek strategis ini juga diperkirakan mampu menjadi sumber irigasi yang akan mengairi ribuan hektare lahan pertanian di Lombok Barat dan sebagian Lombok Tengah. Selain itu, akan menjadi sumber air baku untuk konsumsi rumah tangga dan menampung air di musim hujan sehingga dapat mengantisipasi kekeringan khususnya di Lombok Barat.
Share:

Sumber Mata Air di Desa Dasan Geria

Desa dasan geria adalah desa yang terletak di kecamatan  lingsar, kabupaten Lombok barat. Sama halnya dengan desa lingsar yang mempunya...

Subscribe Us

Jam digital

Diberdayakan oleh Blogger.

Follower

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Flag Counter